Aneka makanan yang berwarna-warni memang lebih menggiurkan dan sedap dipandang. Hampir semuanya diperoleh dari pewarna makanan, baik yang alami maupun sintesis (kimiawi). Ya, pewarna makanan termasuk zat tambahan penting bagi beberapa jenis makanan.
Selain untuk mempercantik tampilan, pewarna makanan sering difungsikan sebagai penstabil warna, atau penguat aroma. Biasanya pewarna makanan tersedia dalam bentuk cairan, bubuk, gel, atau pasta.
Bagi Anda yang gemar mengonsumsi atau membuat makanan berpewarna, sebaiknya Anda perlu ekstra waspada karena tidak semuanya aman dikonsumsi. Ada dua jenis pewarna makanan sintesis justru bisa menjadi penyebab kanker.
Karenanya sebelum Anda mengonsumsi atau membuat makanan berpewarna, ketahui dulu jenis pewarna apa yang akan Anda konsumsi atau Anda pilih untuk makanan yang Anda buat.
Pewarna Makanan Yang Dilarang
Berikut ini terdapat beberapa jenis pewarna yang dilarang penggunaannya untuk bahan tambahan pangan dan bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), yaitu:
1. Rhodamin B
Digunakan sebagai zat pewarna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu, kulit, juga untuk pewarna biologik. Studi yang dikutip dari European Food Safety Authority Journal pada hewan percobaan menunjukkan adanya sifat karsinogenik (penyebab kanker) pada pewarna jenis ini. Berikut ringkasan penelitiannya:
- 60 ekor mencit laki-laki dan 60 mencit perempuan mendapatkan 0 persen, 0,005 persen, 0,02 persen, 0,1 persen Rhodamin B selama 22-25 bulan. Terdapat kejadian karsinoma hepatocellular yang lebih tinggi pada mencit perempuan dosis tinggi dibandingkan kontrol
- 15 ekor mencit laki-laki dan 15 mencit perempuan diberikan 0,05 persen Rhodamin B pada air minum selama 52 minggu. Asupan mingguan tiap mencit adalah 17 miligram, dosis total 884 miligram. Dua ekor mencit mengalami mengalami tumor usus, tiga mencit mengalami polip di lambung, dan tujuh mencit mengalami limfoma.
2. Kuning Metanil (Metanil Yellow)
Selain digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat, kuning metanil juga digunakan sebagai indikator reaksi netralisasi (asam-basa). Studi pada hewan percobaan yang diberikan metanil yellow selama satu bulan menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan lesi preneoplastic hepatic atau perubahan sel yang mengarah ke tumor.
Meskipun telah dilarang penggunaannya untuk pangan, tetap saja jenis pewarna tersebut masih sering digunakan beberapa kalangan. Hal ini karena pewarna makanan tersebut mudah diperoleh di pasaran. Harganya pun relatif murah, serta dapat membuat tampilan fisik makanan lebih memikat, dan tidak menimbulkan efek negatif seketika.
Ditambah lagi dengan terbatasnya informasi mengenai pewarna berbahaya tersebut, juga pola penggunaannya yang telah dipraktekkan turun-temurun.
Pewarna Apa Saja Yang Aman Dari Resiko Kanker?
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia telah mengatur jenis pewarna yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan beserta jumlah asupan harian yang dapat diterima (acceptable daily intake-ADI).
Tags: karsinoma hepatocellular, kuning metanil, methanil yellow, penyebab kanker, pewarna alami, pewarna karsinogenik, Pewarna makanan, pewarna sintesis, rhodamin B
