Kemoterapi adalah pengobatan kanker yang saat ini masih diandalkan, Namun sayangnya, pengobatan ini tidak bekerja secara spesifik. Sebab, kemoterapi tak cuma bekerja membunuh sel kanker, tetapi juga ikut membunuh sel sehat lainnya yang berkembang dengan cepat. Pasien yang telah melakukan kemoterapi akan merasakan efek samping tak nyaman dalam beberapa waktu. Apa saja efek samping kemoterapi?
Beberapa Efek Samping Kemoterapi
Sebelumnya perlu Anda ketahui, ada lebih dari 100 macam obat kemoterapi yang digunakan dalam dunia kedokteran saat ini. Beda jenis obat, beda pula efek sampingnya. Namun dalam artikel ini, Lawan Kanker akan mengulas beberapa efek samping yang sering dirasakan pasien kanker pada umumnya. Berikut efek samping kemoterapi yang dikutip dari berbagai sumber:
Rambut Rontok
Beberapa jenis kemoterapi dapat mengakibatkan kerontokan pada rambut di seluruh tubuh, baik sedikit demi sedikit ataupun rontok menyeluruh. Efek samping ini terjadi karena sel di folikel rambut termasuk sel yang cepat berkembang. Dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kemoterapi tidak ‘pandang bulu’ dalam membunuh sel-sel tubuh yang berkembang dengan cepat, salah satunya folikel rambut.
Merasa lelah dan kurang energi
Efek ini dapat mencakup perasaan fisik selalu lelah, mengantuk, bingung atau tidak sabar. Pasien mungkin juga akan merasakan kaki lebih berat dari biasanya, atau merasa sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Rasa lelah ini bisa muncul tiba-tiba, bahkan dengan beristirahat pun mungkin tak membantu meringankannya. Pasien mungkin masih terus merasa lelah selama beberapa minggu atau bulan setelah siklus pengobatan berakhir.
Nyeri atau Sakit pada Bagian Tertentu
Kemoterapi terkadang menyebabkan nyeri pada bagian tertentu, misalnya sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, rasa panas seperti terbakar, mati rasa, atau rasa nyeri seperti tertusuk jarum. Efek samping nyeri ini umumnya akan berhenti saat pengobatan dihentikan.
Luka pada Mulut dan Tenggorokan
Kemoterapi dapat merusak sel-sel dalam mulut dan tenggorokan. Hal ini menyebabkan luka yang menyakitkan di daerah-daerah tersebut. Kondisi ini dikenal juga dengan mucositis.
Mual dan Muntah
Kemoterapi dapat membuat pasien merasa mual atau menyebabkan muntah. Biasanya dokter akan memberitahu pasien jika obat yang diberikan cenderung menyebabkan mual dan muntah. Mual dapat berlangsung selama berjam-jam dan disertai dengan muntah. Kadang-kadang mual berlangsung hingga berhari-hari setelah pengobatan.
Perubahan Kulit dan Kuku
Beberapa jenis kemoterapi dapat menyebabkan kulit berubah menjadi gelap, mengelupas, dan menjadi kering serta gatal. Selain itu, kemoterapi juga membuat kulit jadi lebih sensitif terhadap matahari, baik saat pengobatan maupun setelahnya. Tak jarang, kuku pun ikut berubah menjadi rapuh dan kering, menggumpal, atau muncul garis putih.
Kekebalan Tubuh Menurun
Efek samping kemoterapi yang mungkin paling sering terjadi adalah penekanan sistem kekebalan tubuh. Kemoterapi, terapi biologi dan radioterapi dapat melemahkan kekebalan tubuh dengan menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih yang dibuat di sumsum tulang.
Meringankan Efek Samping Kemoterapi
Itulah beberapa efek samping kemoterapi yang umumnya dialami pasien kanker. Untuk meringankannya, pasien sangat disarankan melakukan terapi pendamping pengobatan kanker. Terapi pendamping pengobatan kanker saat ini mulai diandalkan untuk meningkatkan kualitas hidup yang menurun akibat dari pengobatan kanker itu sendiri.
Jenis terapi pendamping tertentu mampu mengurangi rasa sakit, juga menguatkan daya tahan tubuh. Salah satu contoh terapi pendamping yang digunakan misalnya dengan rutin mengonsumsi tanaman herbal seperti jamur maitake, ginseng, temu putih, atau brokoli.
Tags: bahaya kemoterapi, dampak kemoterapi, Efek Kemoterapi, efek samping kemoterapi, gejala kemoterapi, Kemoterapi, Pengobatan Kanker, penyembuhan kanker, Terapi Kanker, terapi pendamping kemoterapi