Kemoterapi pada anak berpotensi menimbulkan gangguan psikologis anak yang mempengaruhi fungsi fisik, emosi, sosial, psikologis, dan kognitif mereka. Meski langka, kanker testis dapat menyerang anak-anak di usia yang sangat muda. Fenomena ini menyadarkan kita bahwa ada baiknya proteksi terhadap kanker dimulai dari usia sedini mungkin.
Peluang seorang anak yang belum puber menderita kanker testis adalah 1 banding 100 ribu. Jumlah penderita kanker testis yang masih bayi dan anak-anak sebesar 1 sampai 2 persen dari jumlah seluruh penderita kanker testis.
Seperti pada orang dewasa, penanganan utama kanker testis pada anak adalah dengan operasi dan dilanjutkan dengan kemoterapi. Tujuannya adalah, menghancurkan seluruh sel-sel kanker. Namun sebuah penelitian mengungkapkan bahwa, anak yang menderita kanker berpotensi mengalami dampak penurunan kualitas hidup, baik pada fungsi fisik, emosi, sosial, psikologis, dan kognitif.
Risiko Gangguan Psikologis Anak Akibat Kemoterapi
Gangguan ini perlu untuk diperhatikan, karena perubahan penuruan kualitas hidup secara psikologis sangat berpengaruh besar terhadap kualitas hidup anak. Berikut adalah beberapa gangguan psikologis yang dapat ditimbulkan setelah anak melakukan kemoterapi:
- Rasa Cemas
Anak yang menjalani kemoterapi cenderung akan merasa khawatir dan depresi akan efek samping yang akan timbul.
- Gangguan Kognitif
Anak yang menjalani kemoterapi akan mengeluh sulit dalam berkonsentrasi, mengerjakan tugas sekolah, dan mengingat apa yang dibaca sebelumnya. Hal ini tentu dapat menyebabkan anak ketinggalan pelajaran dan mengalami penurunan prestasi.
- Tidak Percaya Diri
Efek kemoterapi pada anak bisa menyebabkan ia merasa malu dan tidak menarik dibandingkan anak lainnya. Hal ini karena adanya perubahan kondisi fisik yang dialami seperti kerontokan rambut.
- Sulit Berkomunikasi
Anak yang menjalani kemoterapi bisa mengalami kesulitan berkomunikasi dan menyampaikan masalahnya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.
- Rasa Nyeri dan Sakit
Anak dengan kanker yang menjalani kemoterapi akan sering merasa lelah dan sakit, nyeri otot atau pegal-pegal di seluruh badan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu masalah tersebut ialah dengan menyediakan sarana bagi anak untuk saling berinteraksi di dalam kamar di rumah sakit, serta menjalani terapi psikologis untuk membantu anak menangani emosi negatif yang dialaminya selama proses pengobatan. Selain orang tua pasien, staf medis (perawat) menjadi orang yang paling sering melakukan kontak dengan anak pengidap kanker, oleh karena itu para tenaga medis harus mampu meningkatkan pola asuh dan keperawatannya agar mampu meningkatkan kualitas hidup anak yang menderita kanker.
Tags: Efek Kemoterapi, kanker, kanker pada anak, kemoterapi pada anak, kualitas hidup, Pengobatan Kanker, serangan psikologis