Diagnosis kanker berpotensi menyebabkan gangguan mental seperti reaksi stress akut, cemas, panik dan depresi yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Termasuk juga vonis kanker testis dari dokter terhadap pasien. Apa betul efeknya sampai seperti itu?
Mendengar vonis kanker testis dari dokter, pasti menjadi kabar buruk yang paling kita hindari. Sejak puluhan tahun, kanker menjadi perhatian bagi semua pekerja kesehatan, baik sektor formal maupun informal, baik medis, paramedis, industri farmasi, teknologi kesehatan, dan seluruh pemerhati kanker di dunia.
Di seluruh dunia, kasus kanker yang terdiagnosis tidak kurang dari 13 juta kasus dengan angka kematian mencapai 63 persen per tahunnya. Ini belum termasuk banyaknya kasus yang tidak terdeteksi pada negara-negara miskin dan berkembang. Yang sangat disayangkan adalah, keterlambatan diagnosis menyumbang angka kematian yang sangat besar.
Gangguan Mental Akibat Kanker?
Di kota-kota besar seperti di Jakarta, tentu istilah penyakit kanker bukan lagi hal yang baru. Namun mendapati diri sendiri terdiagnosis kanker tetap menjadi pukulan yang berat. Bukan hanya dari penyakit yang dideritanya, tetapi juga dari berbagai pemeriksaan dan pengobatan seperti pembedahan, radiasi, dan kemoterapi yang menjadi momok bagi semua pasien-pasien kanker.
Hal-hal tersebut berpotensi menyebabkan beberapa gangguan mental yang mungkin bisa muncul akibat diagnosis dan pengobatan kanker. Salah satu gangguan mental pada penderita kanker adalah gangguan tidur, yang terjadi akibat cemas dengan kondisinya, ketidaknyamanan akibat gejala kanker, atau akibat pengobatan. Berikut beberapa gangguan mental penderita kanker, selain gangguan tidur:
1. Reaksi stres akut
Gangguan mental ini dapat terjadi saat mendapati dirinya terkena kanker, namun ia belum siap menerimanya. Gejalanya antara lain: kecemasan luar biasa, napas pendek atau napas terasa berat, jantung berdebar-debar, pusing dan mual, seluruh tubuh terasa lemas, sakit kepala, bahkan penderita tidak bisa merasakan emosi apa-apa. Gejala ini berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.
2. Gangguan stres pasca trauma
Biasanya mengikuti gejala reaksi stres akut, jika tidak ditangani dengan optimal. Gangguan mental jenis ini membuat pasien menjadi mudah cemas dan panik, terutama jika terpapar dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pencetus stres awal. Misalnya pasien menjadi takut bertemu dokter, takut pergi ke rumah sakit, bahkan mendengar kata-kata pencetus seperti kata “sakit”, “obat”, “kanker” atau “meninggal”, bisa mencetuskan gejala-gejala cemas dan panik yang berlebihan.
3. Gangguan penyesuaian
Pada tahap awal setelah seseorang terdiagnosis kanker, ia akan berusaha beradaptasi dengan status barunya. Jika seseorang mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian diri, baik terhadap penyakit maupun pengobatannya, maka ia mengalami gangguan berupa kecemasan dan depresi, atau kombinasi keduanya.
4. Gangguan cemas dan panik
Terjadi pada mereka yang memang memiliki sifat mudah cemas. Biasanya penderita akan bertambah tingkat kecemasannya terhadap segala sesuatu, terutama saat mendengar kata yang berhubungan dengan penyakit, kanker, dan kematian. Gejala-gejala cemas yang berlebihan atau panik munculnya bisa tiba-tiba bahkan tanpa pencetus, dan berlangsung selama beberapa menit, berjam-jam hingga seharian.
5. Depresi
Terjadi jika pasien merasa putus asa dengan penyakitnya, baik akibat gejala penyakit atau proses pengobatan yang lama dan melelahkan. Pada tahap ini, pasien akan dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif yang terus-menerus muncul baik mengenai penyakitnya maupun kehidupannya.
Gangguan mental satu ini bukan hanya terbatas pada masalah penyakit dan pengobatannya saja, tapi hampir menyangkut seluruh aspek kehidupan orang tersebut. Sebab ia akan melihat keseluruhan dunianya dari sudut pandang yang sama sekali berbeda. Beberapa hal yang mungkin dirasakan penderita gangguan mental depresi adalah:
- Merasa minder bertemu orang-orang.
- Seringkali kehilangan minat terhadap semua hal.
- Cepat lelah.
- Sering menyalahkan diri sendiri atau orang lain jika muncul masalah.
- Perasaannya menjadi sangat sensitif.
Jika keadaan ini tidak ditangani dengan bijak, penderita bisa menolak semua tawaran pengobatan. Gangguan mental ini juga rentan muncul pada penderita yang sel-sel kankernya muncul kembali setelah sempat sembuh.
Ditulis oleh: dr. Luky Thiehunan
Tags: Gangguan mental, kanker, kanker testis, kualitas hidup penderita kanker, Lawan Kanker, psikologi penderita kanker