Pengobatan kanker serviks begitu mempengaruhi kemampuan dan gairah seksual pasien. Bagaimana mulai menghangatkan kehidupan seksual pasien pasca menjalani pengobatan kanker serviks? Apa saja kendala berhubungan seks setelah kanker serviks?
Tentu saja, apalagi jika kanker yang diderita berada di sekitar alat kelamin pasien, seperti kanker serviks. “Beberapa pasien dapat mengalami dampak secara fisik dan psikologis usai menjalani pengobatan kanker, dan mereka juga mengalami penurunan libido dan perubahan cara pandang terhadap diri sendiri secara seksual,” jelas Debbie Saslow, PhD, director of breast and gynecologic cancer untuk American Cancer Society.
Hambatan Menikmati Hubungan Seks Setelah Pengobatan Kanker Serviks
Menurut sebuah penelitian, lima minggu usai menjalani histerektomi 67 persen pasien kanker serviks mengalami kesulitan mencapai orgasme. Namun dua tahun setelah histerektomi, jumlah pasien kanker serviks yang kesulitan orgasme turun hanya 36 persen.
Dorongan seksual pasien histerektomi juga semakin lama semakin meningkat. Lima minggu setelah histerektomi, sekitar 77 persen pasien histerektomi tidak tertarik melakukan aktivitas seksual. Tapi dua tahun setelah histerektomi, jumlah pasien yang tidak tertarik seks menurun menjadi 57 persen.
Beberapa hambatan psikologis pasien untuk melakukan hubungan seks setelah kanker serviks yaitu:
- Perasaan sedih atau depresi.
- Sangat peduli tentang perubahan penampilan dirinya sendiri.
- Stres akan hubungan dengan pasangan.
- Menurunnya rasa percaya diri, karena merasa tidak sehat dan merasa tidak mampu menjalankan perannya dalam keluarga atau dalam pekerjaan seperti biasa.
Selain dampak emosional, setiap metode pengobatan kanker serviks bisa berdampak pada fisik pasien. Bahkan bisa sampai mengubah bentuk tubuh pasien. Hal ini tentu saja berefek pada kemampuan seksual pasien.
Berikut dampaknya yang dibedakan berdasarkan metode pengobatan kanker serviks:
- Pembedahan: Pengangkatan seluruh serviks dan uterus dapat membuat pasien berhenti menstruasi. Hal ini dapat menimbulkan rasa kehilangan yang dapat mempengaruhi hubungan dan keintiman dengan pasangan. Kadang-kadang, dokter juga mengangkat ovarium, sehingga pasien mengalami menopause dini, serta gejala-gejala akibat menopause seperti hot flashes, vagina kering.
- Terapi radiasi: Kelelahan setelah terapi radiasi dapat menurunkan gairah seksual pasien. Selain itu terapi radiasi juga membawa efek samping seperti vagina kering, vagina gatal dan sensasi terbakar pada vagina. Terapi radiasi juga berisiko timbulnya jaringan parut yang dapat mempersempit ukuran vagina, sehingga membuat pasien dapat mengalami kesakitan saat berhubungan seksual.
- Kemoterapi: Kebanyakan obat kemoterapi dapat membuat pasien merasa lemah dan kelelahan, sehingga tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual. Kemoterapi juga bisa berdampak menopause dini atau perubahan pada status hormonal, sehingga bisa menyebabkan vagina kering. Efek kerontokan rambut dapat pula membuat pasien merasa tidak menarik lagi di mata pasangannya.
Cara Mengatasi Kendala Berhubungan Seks Setelah Kanker Serviks
Jangan sampai hambatan-hambatan tersebut membuat pasien kanker serviks kecewa atau bahkan depresi, karena hanya bersifat sementara. “Kami menemukan bahwa mayoritas hambatan-hambatan aktivitas seksual akan terselesaikan dalam waktu tiga sampai enam bulan setelah pembedahan histerektomi,” ujar Pernille T. Jensen, MD, peneliti dari Rumah Sakit Bispebjerg di Denmark.
Untuk mengatasi kendala seks setelah kanker serviks, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pasien yaitu :
- Beranikan diri ketika mulai berhubungan seksual. Pasien dapat merasa gugup dan khawatir ketika pertama kali berhubungan seksual kembali, karena tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya yang baru. Itu wajar. Tapi usahakan untuk menghilangkan perasaan tersebut. Sebab khawatir, gugup dan depresi dapat menurunkan gairah seksual pasien.
- Jangan kecewa terlalu lama, karena efek samping seksual hanya sementara. Kelelahan, tubuh lemas setelah terapi radiasi dan kemoterapi akan hilang. Pasien akan merasa lebih baik setelah tubuhnya pulih dari pembedahan atau terapi pengobatan kanker lainnya.
- Ajak pasangan berdiskusi. Bicarakan semua kendala seksual yang muncul pasca pengobatan kanker dengan pasangan, baik kendala emosional atau fisik.
- Berkonsultasi dengan dokter. Konsultasikan kendala seksual dengan dokter. Mungkin dokter akan menyarankan cara untuk mengatasi masalah seksual yang pasien hadapi, atau merekomendasikan terapis seksual atau konselor.
- Kombinasi terapi komplementer. Untuk meringankan efek samping pengobatan kanker, pasien dapat mengonsumsi Jamur Maitake. Jamur ini mampu meringankan efek samping kemoterapi dan terapi radiasi, seperti kerontokan rambut.
Tags: efek pengobatan kanker, Kanker serviks, kendala seksual