Jamur Maitake hidup di habitat khusus yang sensitif sehingga jamur ini tergolong langka. Namun ilmuwan Jepang telah mengembangkan budidaya jamur maitake.
Habitat Jamur Maitake
Jamur maitake termasuk jenis jamur ‘manja’ yang tidak bisa hidup di sembarang kondisi. Bahkan habitat yang pernah ditumbuhi Maitake hari ini, belum tentu bisa ditumbuhi lagi di tahun depan. Ini karena hidup jamur maitake sangat bergantung pada kadar oksigen, karbondioksida, kelembaban, suhu, dan cahaya.
Saat faktor-faktor tersebut mendukung, jamur maitake akan tumbuh besar membentuk bola di tanah, di dasar sisa pohon, atau tunggul (pangkal batang yang masing tersisa setelah ditebang). Media tanam ini sering ditemui di hutan terutama hutan lembab atau di dasar sungai di mana ada banyak pohon-pohon tua.
Budidaya Jamur Maitake
Sang penemu teknik budidaya Maitake, Yoshinobu Ordaira, selanjutnya membangun lahan pertanian biologis untuk membudidayakannya secara massal. Lahan pertanian yang menghabiskan 40 juta dollar itu dirancang khusus sedemikian rupa sehingga menyerupai ekosistem jamur maitake di tempat asalnya. Hingga saat ini ada sekitar 6000 ton jamur maitake yang dihasilkan dari lahan tersebut setiap tahunnya.
Jamur-jamur tersebut tumbuh secara alami tanpa tambahan pupuk kimia dan pestisida. Pembudidayaannya pun dikontrol melalui komputer yang menjaga agar kondisi lingkungan tetap stabil sehingga kualitas jamur maitake dapat tumbuh dengan alami.
Beberapa langkah budidaya Jamur Maitake yang dilakukan Yukiguni Maitake Co. Ltd. adalah sebagai berikut:
1. Membuat polibag
Membuat polibag untuk media tanam jamur dengan mesin otomatis. Bahan baku yang diperlukan untuk media tanam adalah serbuk gergaji kayu oak, campuran tepung, jagung, gandum cokelat, serta mikronutrisi. Berat polibag diatur secara otomatis yaitu 2,9 kilogram.
2. Sterilisasi dan pendinginan
Kemudian, media tanam dalam polibag harus melewati proses sterilisasi, dengan proses penguapan selama 1 jam dalam suhu 110 derajat Celcius. Usai melewati proses penguapan, polibag media tanam akan didiamkan selama 6 sampai 7 jam untuk didinginkan.
3. Inokulasi
Setelah dingin, polibag akan diinokulasi bibit Jamur Maitake di ruangan yang steril. Inokulasi sendiri adalah aktivitas memindahkan mikroorganisme jamur dari sumber asalnya ke medium baru, yang dibuat dengan tingkat ketelitian dan kehati-hatian tinggi.
Baik buruknya hasil inokulasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti:
- Tingkat sterilitas ruangan, alat, dan pekerjanya
- Teknik inokulasi yang dilakukan
4. Penyimpanan polibag
Setelah diinokulasi, polibag berisi bibit Jamur Maitake akan disimpan di ruangan khusus selama kurang lebih dua setengah bulan. Tujuannya agar miselium jamur tumbuh. Ruang penyimpanan memiliki kondisi kelembapan 60 persen dan suhu 25 derajat Celcius.
5. Ruang pembesaran
Setelah disimpan selama dua setengah bulan, polibag maitake akan dipindah ke ruang pembesaran. Ruang pembesaran memiliki kondisi kelembapan 90 persen dan suhu 20 derajat Celcius.
6. Siap panen
Setelah di dalam ruangan pembesaran selama kurang lebih satu minggu, Jamur Maitake siap untuk dipanen. Jamur yang sudah dipanen akan disimpan pada ruangan khusus pula, yang temperaturnya diatur 10 derajat Celcius.
Tags: asal mula jamur maitake, budidaya jamur maitake, Habitat jamur maitake, perkembangbiakan jamur maitake, produsen Maitake