Diet bisa dilakukan sebagai terapi komplementer yang membantu mengobati kanker. Berikut ini ada beberapa penemuan terkait terapi diet untuk kanker. Ketika mendengar kata ‘diet’, apa yang terlintas di pikiran Anda? Apakah diet yang Anda maksud adalah program menurunkan berat badan? Jika itu yang Anda maksud, maka sepertinya Anda perlu memperluas lagi pemahaman tentang diet.
Kenapa? Sebab, diet bukan hanya mengatur pola makan untuk tujuan itu saja. Diet juga bisa direncanakan untuk mencegah atau membantu menyembuhkan suatu penyakit, salah satunya kanker.
Terapi Diet Untuk Pengobatan Kanker
Badan Cancer Council Australia menggolongkan diet ke dalam salah satu jenis pengobatan kanker. Dengan kata lain, mengatur pola makan bisa menjadi ‘senjata’ tambahan yang bisa dikombinasikan bersama pengobatan kanker konvensional untuk melawan kanker.
Penggolongan ini bukan tanpa landasan. Beberapa penelitian telah membuktikan bagaimana pola makan atau terapi diet memengaruhi peningkatan atau penurunan risiko kanker. Penelitian tersebut antara lain:
- Orang dengan diet kurang sehat lebih berpotensi terserang kanker. Banyak penelitian yang melihat hubungan antara diet dan kanker, dan para ahli sepakat makanan yang kita makan dapat memengaruhi risiko kanker. (American Institute for Cancer Research)
- Beberapa studi telah menemukan bahwa orang yang banyak makan buah dan sayuran dapat menurunkan risiko kanker sekitar 10 persen dibandingkan dengan mereka yang makan sedikit. (American Institute for Cancer Research)
- Makan satu porsi buah dan atau sayuran setiap hari dapat mengurangi risiko kanker mulut setengah kali lebih tinggi, dan makan dengan porsi lebih banyak akan semakin memotong risikonya. (The American Journal of Clinical Nutrition)
- Terlalu banyak memakan daging merah atau daging olahan meningkatkan risiko kanker usus. Daging merah meliputi semua daging sapi, daging babi dan domba. Daging olahan termasuk ham, bacon, salami dan sosis. (Jurnal PLoS One)
- Sebuah penelitian baru menemukan lebih dari satu per sepuluh kanker usus memiliki kaitan dengan diet rendah serat. Sebuah review dari banyak penelitian telah menunjukkan, mengonsumsi 10 gram serat per hari dapat mengurangi risiko kanker usus sekitar 10 persen. Serat dari sereal dan biji-bijian tampaknya memiliki pengaruh paling besar terhadap berkurangnya risiko kanker usus. (British Journal of Cancer)
Menjaga pola makan bagi pasien kanker memang belum mampu berperan sebagai pengganti pengobatan konvensional. Tapi setidaknya dengan kecukupan gizi dan kecocokan asupan, tubuh akan memiliki kekuatan untuk melawan kanker. Selain itu, diet antikanker yang pasien lakukan bisa menguatkan tubuh dan mengurangi gejala kepayahan ketika menjalani proses kemoterapi.
Tags: cara mengobati kanker, Diet antikanker, diet pencegah kanker, Efek Kemoterapi, jenis terapi komplementer, makanan antikanker, obat kanker, pengaruh diet kanker, Pengobatan Kanker, terapi komplementer diet, terapi pelengkap, terapi pendamping, tips diet