Dua wanita dari era berbeda, berjuang untuk terbebas dari derita kanker serviks. Keduanya tetap menjalani pengobatan kanker dengan semangat hidup tinggi. Keduanya berusaha terbebas dari kanker serviks dengan berbagai cara yang berbeda. Jangan sampai kanker merenggut keceriaan dan optimisme kita. Ambillah sisi positif dari kisah perjuangan melawan kanker serviks dua wanita ini.
Kisah Perjuangan Kanker Serviks: Evita Peron
Anda kenal dia? Eva “Evita” Peron adalah istri Presiden Argentina. Di tahun 1950, Evita sangat populer di mata warga Argentina. Seringnya ia melakukan kegiatan amal bagi kaum miskin di Argentina menjadi penyebab tingginya rasa cinta warganya. Namun di tengah-tengah kegiatan publik, Evita pingsan. Akibat salah diagnosis, dokter mengklaim Evita menderita apendisitis atau radang usus buntu.
Dokter kemudian melakukan tindakan pengangkatan usus buntu. Namun hal ini tidak membuat kondisi Evita membaik. Tubuhnya terus melemah, mudah kelelahan, dan mengalami perdarahan dari vagina. Setelah didiagnosis oleh ginekolog, Evita positif mengidap kanker serviks.
Namun hasil diagnosis ini disembunyikan dari Evita dan masyarakat luas, agar tidak mengganggu jalannya pilpres suaminya. November 1951, Evita harus menjalani operasi pengangkatan uterus.
Operasi tersebut berjalan sukses, tapi kanker sudah terlanjur menyebar ke bagian perut Evita. Hingga saat itu pun Evita masih belum tahu bahwa dirinya mengidap kanker serviks. Di hari-hari terakhirnya, tubuh Evita sudah sangat kurus dengan berat hanya 35 kilogram. Ia pun meninggal pada Juli tahun 1952 di usia baru 33 tahun.
Mengapa Evita gagal mengalahkan kanker serviks dalam tubuhnya? Faktor ketidaktahuan menjadi penyebabnya. Sang suami menyembunyikan hasil diagnosis kanker serviks dari Evita Peron sendiri. Sehingga Evita tidak melakukan upaya pengobatan yang serius untuk menyembuhkan kankernya.
Kisah Perjuangan Kanker Serviks: Julia Perez
September tahun 2014, salah satu artis yang populer di tanah air ini terdiagnosis kanker serviks stadium 2. Wanita yang biasa dipanggil Jupe ini pun jadi sering pulang pergi Jakarta Singapura untuk melakukan terapi kanker dan prosedur pengobatan kanker serviks lainnya.
Usai menjalani terapi kanker di Singapura, kondisi Jupe mulai membaik. Namun pada Mei 2015, dokter menemukan kista dan benjolan di payudaranya. Jupe pun kembali menjalani pengobatan di Singapura. Segala upaya pengobatannya seperti membuahkan hasil. Akhirnya Jupe dinyatakan bebas dari kanker pada November 2015.
Setelah dinyatakan sembuh, Jupe sempat kembali aktif di dunia hiburan. Namun ternyata sel-sel kanker tumbuh kembali dalam tubuh Jupe. Desember 2016. Jupe kembali terdiagnosis kanker serviks. Namun kali ini kanker serviks sudah masuk stadium 4, sehingga Jupe diharuskan melakukan operasi saraf tulang belakang.
Selain operasi pada tulang belakang, Jupe juga harus melakukan kemoterapi, operasi saraf pada kaki, perut, dan lengannya. Usai menjalani serangkaian operasi dan terapi selama beberapa bulan, pada Maret 2017 kondisi Jupe membaik. Namun sebulan kemudian kembali menurun. Dan akhirnya pada Juni 2017 Jupe meninggal dunia pada usia 36 tahun.
Kondisi Jupe dapat terjadi pada kita semua. Jupe terdiagnosis kanker serviks ketika sudah memasuki stadium 4. Padahal semakin dini terdiagnosis, maka peluang untuk sembuh dari kanker serviks semakin besar. Disinilah letak pentingnya tes skrining serviks rutin. Lakukanlah tes pap smear atau tes HPV secara berkala, sebagai deteksi dini kanker.
Tags: evita peron, julia peres, jupe