Penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman adalah hal biasa dilakukan. Dalam bahasa Indonesia, zat aditif adalah zat yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau minuman dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki cita rasa, warna, dan tekstur. Zat tambahan ini juga digunakan utuk membuat makanan atau minuman menjadi tahan lebih lama saat disimpan.
Awalnya zat aditif terbuat dari bahan alami (tumbuhan), sehingga relatif aman untuk dikonsumsi. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pangan, ketersediaan zat aditif alami semakin terbatas dan sulit untuk mencukupi kebutuhan manusia. Itu sebabnya, saat ini industri makanan beralih menggunakan zat aditif sintetis yang terbuat dari zat kimia.
Bagi produsen makanan dan minuman, penggunaan zat ini akan memberikan keuntungan dari segi bisnis. Namun bagaimana efeknya bagi mereka yang mengonsumsi bahan tersebut? Ternyata konsumsi berlebihan zat aditif sintesis dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai penyakit, termasuk penyakit berbahaya seperti kanker. Berikut adalah beberapa potensi penyakit yang dapat ditimbulkan oleh zat ini:
Makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan (sakarin) berpotensi merangsang tumbuhnya sel-sel tumor pada kandung kemih.
Konsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet nitrit berpotensi sebabkan kanker otak dan saluran pencernaan.
Penggunanan zat pewarna yang dilarang, seperti Rhodamin B, pada pangan dapat menimbulkan kanker hati, tumor usus dan limfoma bila dikonsumsi.
Bagi yang pernah berurusan dengan penyakit kanker, sebaiknya Anda menjaga jarak dengan zat ini. Menurut Ketua Komisi Penanggulangan Kanker, Soehartati A. Gondhowiardjo, pasien kanker ataupun survivor kanker wajib menghindari bahan makanan yang mengandung zat tambahan seperti pengawet, penguat rasa (MSG), perasa buatan, dan pewarna makanan. serta menjauhkan diri dari alkohol dan rokok.
Kenapa? Sebab zat ini yang terbuat dari bahan kimia bisa membahayakan kesehatan sehingga memicu timbul kembalinya sel kanker yang ada di dalam tubuh.
Soehartati menjelaskan, penderita harus mau kembali mengonsumsi makanan alami. “Makan banyak sayuran dan buah-buahan segar yang alami,” jelasnya lebih lanjut. Sumber vitamin dan mineral dari tumbuhan sangat penting bagi tubuh. Selain vitamin dan mineral, tubuh juga perlu asupan protein. “Protein sangat diperlukan, tapi hindari daging olahan. Perbanyaklah makanan laut seperti tuna, dori, atau salmon. Pilih yang alami,” tuturnya lagi.
Resiko kanker kandung kemih bukan hanya penting bagi orang tua. Orang yang berusia muda sebaiknya…
Sembuh dari kanker testis merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Namun siapa sangka bahwa survivor…
Tahi lalat adalah ‘aksesoris’ alami penampilan seseorang. Namun kadang banyak orang kesulitan membedakan antara yang…
Ada serangkaian metode tes yang biasa dilakukan untuk melihat tingkat keparahan kanker prostat. Namun saat…
Sering di bawah terik matahari membuat pengendara motor dan pesepeda memiliki resiko lebih besar terkena…
Saat ini kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer setiap wanita. Berbagai jenis dan merek kosmetika digunakan…